Pernahkah anda merasa seperti tertindih sesuatu yang sangat berat,
dicekik, dada sesak, tak mampu bergerak maupun berteriak, saat menjelang
atau bangun tidur? Dalam istilah kesehatan disebut sleep paralysis.
Ini merupakan kondisi ketika orang akan tidur atau bangun tidur
merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak,
berteriak pun tidak mampu. Kejadian ini biasanya disertai halusinasi,
yaitu seperti melihat sosok di sekitar tempat tidur, dan dapat
berlangsung dalam hitungan detik hingga menit.
Fenomena ini kerap dikaitkan dengan hal mistis. Sebab, bentuk
halusinasi yang muncul bisa menyerupai sosok sahabat, kerabat yang telah
meninggal, bayangan hitam, atau hantu, tergantung latar belakang
kebudayaannya.
Di Barat, fenomena ini sering disebut mimpi buruk inkubus atau old
hag berdasarkan bentuk bayangan yang muncul. Ada pula yang melaporkan
melihat agen rahasia asing atau alien. Pada banyak lukisan abad
pertengahan dapat kita lihat sosok roh jahat menduduki dada seorang
perempuan, sehingga ia dalam ketakutannya merasa sulit bernapas.
Malafungsi tidur
“Tindihan paling sering terjadi pada orang yang kurang tidur. Bisa
juga dipicu oleh kelelahan, stres, cemas berlebihan,” kata Dr. Andreas
Prasadja, RPSGT, sleep technologist dari Sleep Disorder Clinic, RS Mitra
Kemayoran.
Seorang peneliti sleep paralysis, Al Cheyne dari University of
Waterloo berpendapat, sleep paralysis adalah sejenis halusinasi karena
adanya malafungsi tidur dari tahap rapid eye movement (REM).
Dijelaskan Dr. Andreas, tidur dibagi menjadi beberapa tahap
berdasarkan gelombang otak, yaitu tahap N1, N2, N3, dan R. Urutan tidur
biasanya dimulai dari N1-N2-N3-kembali ke N2-R-kembali ke N2-N3-kembali
ke N2-R-kembali ke N2-N3 dan seterusnya.
N1 adalah tahap tidur paling ringan, sering kita masih setengah
sadar. N2 merupakan tahap tidur yang lebih dalam, sedangkan N3 paling
dalam. R adalah REM. Pada tahap ini mimpi terjadi.
Gelombang otak mimpi mempunyai frekuensi mirip gelombang otak sadar.
Ini menjelaskan kenapa orang bisa merasa berada dalam alam kesadaran
lain ketika bermimpi.
Kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur sering membuat
gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Dari sadar
ke N1 lalu melompat ke R (mimpi). Yang khas pada mimpi ini timbul
halusinasi munculnya sosok lain dan lumpuh (paralysis), sehingga tubuh
tidak dapat bergerak atau mulut kelu.
Posisi telentang
Tindihan dapat terjadi pada pria dan wanita. Usia rata-rata orang
mengalami tindihan pertama kali 14-17 tahun. Diperkirakan setiap orang
pernah mengalami tindihan setidaknya sekali atau dua kali dalam
hidupnya. Tindihan dapat disebabkan hal yang tidak dapat dikontrol
hingga memicu stres dan terbawa dalam mimpi.
Kondisi lingkungan kerja juga berpengaruh. Contohnya, mereka yang
bekerja dalam shift lalu kekurangan tidur dan memiliki pola tidur yang
tidak teratur. Juga sering terjadi pada individu yang tidur dalam posisi
telentang, wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam
keadaan hampir terjaga dari tidur. Karena itu, mengubah posisi tidur
dapat mengurangi risiko terserang tindihan.
Tindihan bisa muncul pada penderita sleep apnea walaupun jarang
karena selalu berada dalam kondisi kurang tidur akibat henti napas.
Kurang tidur inilah yang memicu tindihan.
Gejala depresi
Meski biasa terjadi, tindihan patut diwaspai karena bisa merupakan
gejala penyakit, misalnya narcolepsy, sleep apnea, kecemasan, depresi,
atau kurang tidur. Ada baiknya penderita membuat catatan mengenai pola
tidurnya selama beberapa minggu, untuk membantu mengetahui penyebab
tindihan.
Setelah mengetahui faktor pemicu, cara ideal menghalaunya tentu
menghindari pemicu. Jika tindihan sebagai akibat terlalu lelah, coba
lebih banyak beristirahat. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama
setiap malam.
Jika tindihan disertai gejala lain, ada baiknya segera ke dokter ahli
tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut. Catatan
yang sudah dibuat akan sangat membantu ketika penderita memeriksakan
diri ke dokter.
Dokter perlu mengetahui kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung
berapa lama. Juga jenis obat yang pernah atau sedang digunakan. Orang
yang susah tidur bisa diberi obat penenang untuk mempermudah tidurnya.
“Kurang tidur tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan
sleep paralysis, kondisinya berarti sudah terlalu berat. Itu membutuhkan
evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar